Senin, 07 Oktober 2013

Nothing Like Us

Semua begitu cepat saat Tuhan mengambil seseorang yang sangat berharga dihidupku. Kenapa harus dia? Kenapa harus orang yang aku sayangi? Bahkan setelah dia meninggalkanku aku masih menunggu dia kembali walaupun itu sangatlah mustahil.

**

Nafasnya sudah tidak beraturan lagi, ada rasa sesak dibagian dadanya berusaha mengucapkan sesuatu
"Jar...Fajar.. tunggu, aku cape istirahatlah dulu!" ucapnya sembari merebahkan tubuhnya diatas rumput, berusaha mengatur nafasnya
"kambuh lagi?" tanya Fajar sembari memegang erat sebelah tangan Lena
"Len, tangan kamu hangat!" ucap Fajar, Lena hanya menggelengkan kepalanya lalu menutup matanya sesaat. Tangan lembut Fajar menyentuh kening Lena
"hangat, kita pulang. Kamu kuatkan?" Tanya Fajar
"Aku kuat!" jawab Lena tersenyum. Fajar beranjak dari duduknya lalu membantu Lena untuk berdiri namun Lena terjatuh, badannya sangat lemas
"biar aku gendong!" ucap Fajar, lalu mulai menggendong Lena
"Jar berat yah?" tanya Lena
"aku kuat, aku kan laki-laki perkasa!" jawab Fajar yang terus berjalan dengan beban berat dipunggungnya
"Thanks Jar!" ucap Lena, perlahan air matanya mulai jatuh membasahi sebagian baju Fajar
"Aku sayang kamu Fajar!" batin Lena
"aku akan lakukan apapun Len, aku akan menjadi kaki kamu saat kamu tidak bisa berjalan nanti, aku akan menjadi tangan kamu saat tangan kamu tidak bisa berfungsi lagi, aku akan menjadi senyum kamu saat kamu tidak tersenyum lagi, aku janji!" batin Fajar

**

Lena menatap langit sore dibalkon kamarnya, semua begtu indah. Mama melihat anaknya diambang pintu, dihampirinya Lena lalu dipeluknya erat rasanya takk ingin dilepaskan
"kamu baik-baik saja sayang?" tanya Mama
"Mama!" ucap Lena, lalu Mama merubah posisinya menjadi duduk disamping Lena
"kamu baik-baik saja?"  tanya mama sekali lagi
"Aku baik ma, hanya sampai kapan aku harus berteman dengan obat-obatan ini?" tanya Lena, mama memegang kedua pipi Lena dengan kedua tangannya lalu memeluknya kembali
"sampai kamu sembuh sayang!" jawabnya dengan air mata dipipi
"tapi kapan ma? aku bosan! aku lelah harus menahan rasa sakit yang sangat sakit, aku lelah mebuat orang-orang disekitarku kerepotan mengurusku, aku lelah ketika aku aku harus meminum obat sebanyak ini tapi tidak ada perubahan ma!" ucap Lena diiringi isak tangisnya

"mama mengerti sayang, mama mengerti, mama tau rasanya, kamu harus bersabar. Tuhan sayang padamu, semua itu butuh waktu sayang! ucap Mama sembari mencium kening anak satu-satunya itu

~aku takut suatu saat nanti aku tidak bisa merasakan pelukan hangat ini, saku takut suatu saat nanti aku tidak bisa melihat senyum mama lagi~ Lena

**

Fajar melihat Lena dengan serius, terlihat senyum manis yang menghiasi wajah cantik Lena. Fajar adalah teman SMP hingga sekarang mereka sudah lulus kuliah. Fajar tau semua tentang Lena, terkadang dia iba melihat Lena yang terus-terusan meminum obat yang begitu banyaknya. Waktu begitu cepat berlalu hingga tanpa sengaja perasaan yang aneh muncul dihati mereka masing-masing. Fajar menatap Lena perlahan tangannya mulai menyentuh lembut tangan Lena yang putih bersih, Lena menatap Fajar sesaat lalu menyandarkan kepalanya dibahu Fajar
"taman yang indah!" ucap Lena
"ya, sama seperti wanita yang ada disampingku sekarang, indah!" ucap Fajar yang dibalas senyuman oleh Lena
"Len, ada sesuatu yang aneh dihati aku, aku ga tau itu apa. Semua itu aneh bahkan terlalu sulit untuk diceritakan!" ucap Fajar
"Aku juga, ada sesuatu yang aneh entahlah aku tidak ingin memikirkannya!" Ucap Lena
"Apa keanehan yang kita rasakan sama Len?" tanya Fajar. Lena menatap Fajar memberikan senyum terbaiknya lalu menyandarkan kepalanya kembali di bahu Fajar, tangan Fajar menggenggam erat tangan Lena
"maybe!" ucap Lena
"Seandainya aku punya perasaan lebih ke kamu?" tanya Fajar membuat Lena menatap Fajar kembali lalu melepaskan genggamannya
"itu ga mungkin Jar!" jawab Lena
"itu mungkin Lena, aku sayang kamu, aku punya perasaan lebih dari seorang sabat, aku ingin kamu jadi milik aku Lena!" ucap Fajar kembali menggenggam erat tangan Lena
"aku sakit Fajar, aku sakit, dan kamu tau itu kan?" ucap Lena, Fajar menyentuh pipi Lena yang mulai basah lalu mencium keningnya
"aku tau, tapi apa karna kamu sakit kamu harus bohongin perasaan kamu sendiri? aku akan terima kamu apa adanya, aku akan jagain kamu saat kam sakit, aku akan ada disamping kamu saat kamu butuhin aku, aku janji!" ucap Fajar
"kamu janji?" tanya Lena
"ya, aku janji!" jawab Fajar, lalu perlahan mendrong tubuh Lena kedalam pelukannya

**

Satu hari setelahmereka jadian, semua telah berubah. Malam ini Fajar mengajak Lena dinner untuk pertama kalinya sebagai pasangan. Mereka duduk diujung restoran didekat kaca sehingga pemandangan kota dimalam hari bisa terlihat sangat jelas dengan taburan bintang dilangit. Fajar memesan satu piring steak dan Lena memesan satu piring pasta
"kamu suka?" tanya Fajar
"yeah! i like it!! kamu tepat memilih restoran Jar!" puji Lena
"nikmayilah makanannya, ini sangat lezat!" ucap Fajar
"yea... i know!" ucap Lena sembari melahap pastanya
"Len, mukamu pucat, apa kamu merasakan sakit?" tanya Fajar yang segera beranjak dari duduknya lalu duduk disamping Lena
"aku gapapa, aku sehat, ini hanyalah efek bedak sayang, aku tidak apa-apa sudahlah kita lanjut makan!" ucap Lena
"Lena aku pacar kamu, apapun yang terjadi kamu harus jujur ke aku, termasuk kalo kamu sakit!" ucap Fajar
"Fajar....... aku gapapa, aku baik, aku sehat, aku mau makan sudahlah kamu mengganggu saja!" kata Lena dengan sedikit tenaga mendorrong Fajar
"makanlah!" ucap Fajar yang masih duduk disamping Lena
"uhmm aku akan ketoilet sebentar!" ucap Lena sembari beranjak dari duduknya. Baru  langkah Lena berjalan Lena sudah kehilangan keseimbangan, Lena hampir jatuh namun Fajar segera menahannya
"Lena...!"
"aku gapapa, tenanglah!" kata Lena berusaha meyakinkan
"kita pulang!" ucap Fajar
"maaf merepotkan!" rintih Lena
"ini sudah menjadi tugasku!" ucap Fajar sembari memapah tubuh Lena

**

Fajar membaringkan tubuh Lena diranjang tempat tidurnya. Perlahan dia menyuapi Lena obat-obatan yang biasa diminumnya. Lalu menyelimutinya
"istirahatlah!" ucap Fajar sembari mengelus lembut rambut Lena
"thanks!" kata Lena
"ya, ini sudah menjadi tugasku untuk menjagamu. Aku akan pulang, besok kamu harus tampil cantik aku akan membawamu kesuatu tempat!" ucap Fajar
"kemana?" tanya Lena
lihat saja besok!" jawab Fajar dengan senyuman terbaiknya
"baiklah!" kata Lena tersenyum lalu menutup matanya


Lena memandang pantulan dirinya dicermin yang cukup besar. Dengan gaun selututu berwarna pink pucat, ditambah rambut yang digerai dan make up yang natural nampak serasi dipakai oleh Lena. Tangannya mulai menyentuh botol parfum kesukaannya, mencoba menyemprotkan kebeberapa bagian badannya, namun tangannya begitu lemas, tidak bisa mengangkat botol parfum itu, Lena masih berusaha namun botol parfum itu terjatuh ke lantai dan pecah
*praaaaak*
"Ya tuhan, jangan sekarang!" ucap Lena sembari mengangkat kedua tangannya hingga perut dan memandanginya
"Len!" sapa Fajar yang sudah berada dibelakang Lena
"Jar, kapan kamu datang?" tanya Lena bingung, dengan cepat dia menurunkan tangannya
"barusan, maaf langsung masuk aja soalnya tadi aku ketuk ga ada jawaban!" jawab Fajar
"Oh ya, aku bawa bunga buat kamu!" ucap Fajar sembari memberikan serangkai bunga 
"uhm simpan saja dimeja aku mau siap-siap dulu!" ucap Lena yang bercermin kembali 
"baiklah!"ucap Fajar sembari menyimpan serangkai bunga itu
"Len!"
"iya Jar?"
"itu botol parfum kesukaan kamu kan? kenapa bisa pecah?' tanya Fajar peuh selidik
"ehm itu anu tadi pas aku lagi ngaca ga sengaja kesandung jadi pecah, belum sempet aku beresin!" jawab Lena
"yaudah ah kita berangkat!" ucap Lena yang berjalan keluar kamar

**

"Jar bisa kamu bukain pintu mobil untukku?" tanya Lena yang masih  berdiri tegak disamping mobil berplat D itu
"tidak masalah!" kata Fajar tersenyum, dia lalu membukakan pintu mobil itu dan Lena memasuki mobil disusul oleh Fajar
"kita akan pergi kemana?" tanya Lena
"kita akan melihat pesta kembang api dipusat kota!" jawab Fajar sembari menyetir
"kenapa sedih?" tanya Fajar saat melihat raut wajah Lena berubah menjadi kecewa
"aku salah kostum, harusnya aku tidak memakai gaun semewah ini kalo hanya melihat pesta kembang api, seharusnya aku memakai pakaian santai sepertimu!" ucap Lena
"Lena kau tetap terlihat cantik, sudahlah hanya karna kostum mukamu tidak enak dipandang!" ledek Fajar
"kaya mukanya enak dipandang aja!" ledek Lena
"kamu nih!" sembari mengelus lembut rambut Lena

**

malam ini kembang api menjadi hiasan dilangit, Lena menyandarakan kepalanya dibahu Fajar sembari menatap hangat kembang api itu
"kau senang?" tanya Fajar
"ya, terimakasih, karnamu aku bisa melihat indahnya kembang api ini!" jawab Lena. Hampir satu jam mereka melihat ramainya kembang api hingga selesai, namun mereka memutuskan untuk tetap ditempat itu beberapa saat
"aku takut...!" ucap Lena, Fajar menatap Lena lalu menggenggam tangannya erat
"kalo ini adalah hal yang aku rasakan untuk terakhir kalinya!" ucap Lena, air matanya telah jatuh menetes
"sudahlah tuhan itu baik padamu, tuhan menyayangimu, tuhan selalu melindungimu!" kata Fajar
"aku percaya itu!" ucap Lena

~tapi siapa tau tentang umur seseorang? sekalipun Tuhan menyayangiku, aku tidak tau kapan Tuhan akan mengambil nyawaku~

**

"Oh Tuhan lidahku kelu, kenapa sulit sekali untuk berbicara, tanganku sulit untuk digerakkan, Tuhan apa yang terjadi padaku?" bantinnya. Lena berusaha beranjak dari tempat tidurnya 
*bruuuuuuug* Lena terjatuh dari tempat tidurnya
"Mamaaaaa...Mamaaaaaa tolong Lena, Lena sakit mah tolong!" hatinya berteriak, dia menangis namun tetap badannya tidak bisa digerakkan
"Lena buka pintunya!" teriak seseorang dari balik pintu
"Fajar, Fajar tolong aku!" rintihnya
"AKu akan dobrak pintunya Len, bersabarlah!" teriak Fajar
"Fajar cepat dobrak pintunya tante khawatir!" ucap Mama yang terisak dalam tangisnya
"1.......2.....3....!" kata Fajar sembari mendobrak pintu itu, namun pintunya masih belum bisa terbuka
"1......2.......3....!" Pintu itu akhirnya terbuka, Fajar dan mama segera berlari ke arah LEna yang sudah terbaring dilantai
"Lena!" Fajar menahan tubuh Lena dengan tangannya, air matanya mulai menetes begitupun mama
"apa yang sakit sayang?" mama mengelus lembut rambut anaknya yang sudah tidak berdaya
"sa...kit....!" ucap Lena terbata-bata
"kita ke rumah sakit sekarang!" ucap Fajar. Fajar mulai mengangkat Lena dan membawanya ke rumah sakit

**

Fajar terus mondar-mandir didepan pntu dimana Lena dirawat. Hatinya tak tenang melihat orang yang dia sayang sedang terbaring lemah dengan penyakitnya
"Fajar duduklah sebentar!" ucap mama
"iya tante!" ucap Fajaryang mulai duduk disebelah mama
"tantepun sama takutnya sepertimu, panik bukan hal yang tepat, kita hanya perlu berdoa dan terus berdoa tanpa henti!" ucap mama
"Aku sayang Lena tante!" ucap Fajar sembari menatap lurus pintu ruang inap Lena
"tante lebih sayang dia, dia anak tante, satu-satunya anak tante, satu-satunya yang tante punya. Tapi sekarang dia didalam sedang melawan maut. Sedangkan tante hanya bisa diam disini tanpa bisa menemani anak tante, tante takut kalo Lena pergi!" ucap mama yang masih menangis, Fajar mulai memeluk Mama Lena
"aku tau kau sayang pada Lena, aku percaya kau akan berikan hal yang terbaik untuk Lena!" batinnya
*ceklek* dokter sudah selesai memeriksa Lena. Fajar dan mama menghampiri dokter itu
"bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya mama
"ada yang perlu kita bicarakan nyonya!" ucap dokter itu
"kamu temani Lena ya!" ucap mama
"baik tante!" kata Fajar mulai memasuki kamar Lena
"mari nyonya!" ucap dokter itu
"iya dok!"

**

Fajar memasuki ruang inap dimana Lena dirawat, matanya berkaca-kaca melihat Lena dengan infus dan alat-alat kedokteran yang sangat banyak menempel dibadan Lena. Perlahan Fajar menyentuh rambut Lena lalu dia mengecup lembut keningnya. Disentuhnya tangan Lena dan diciumnya, air matanya benar-benar tidak bisa tertahankan lagi
"kamu sudah sadar??" tanya Fajar setelah melihat Lena membuka matanya, Lena menjawab dengan anggukan pelan
"kamu baik-baik saja?" Lena mengangguk pelan lagi
"aku menyayangimu!" ucap Fajar. butiran bening mulai menetes membasahai pipi Fajar
"jangan menangis, aku baik-baik saja. Aku menyayangimu sangat menyayangimu lebih dari kamu menyayangiku!" batinnya

**

"nyonya kanker otak yang diderita Lena sudah memasuki stadum akhir. Lena kehilangan kemampuan berbicara, dia mengalami lumpuh permanen, karena syaraf-syarafnya sudah tidak berfungsu seperti dulu!" ucap dokter itu
"Lena lumpuh dokter?" tanya mama sekali lagi
"maaf hanya sampai disini kemampuan kam!" ucap dokter itu
"kau ini seorang dokter, apa tidak bisa kau kerahkan kemampuanmu agar Lena tidak lumpuh? Apa tidak ada cara lain dokter agar Lena bisa sembuh?" tanya mama dalam isak tangisnya
"satu-satunya cara adalah kemoterapy dan operasi nyonya! Tapi saya rasa itu percuma, kanker ini sudah tidak bisa diatasi!" jawab dokter
"Lena!" ribtih mamah
"kita hanya bisa menunggu sampai kapan tuhan akan memberi kesempatan hidup untuk Lena!" lanjut dokter itu
"terimakasih dokter!" ucap mama meninggalkan ruangan dokter itu

**

*ceklekk* Fajar menatap pintu yang telah terbuka. Mama menghampiri Fajar dan Lena. diciumnya kening Lena. Air matanya tak henti-hentinya mengalir
"tante, Lena baik-baik saja?" tanya Fajar, mama menatap Fajar sesaat
"kita bicarakan diluar!" jawab mama semvari keluar ruangan diikuti Fajar
"Lena baik-baik sajakan tante?" tanya Fajar
"Lena lumpuh Fajar, kanker otaknya sudah memasuki stadium akhir, tante takut Fajar tante takut!" jawab mama seraya menghapus air matanya
"lumpuh?" ucap Fajar, dia terduduk lemas, matanya berkaca-kaca, tak percaya dengan semua ini

**

Satu minggu sudah Lena terduduk dikursi roda, dan selama itu pula Fajar menemani Lena. Dengan sabar dan penuh kasih sayang Fajar merawat Lena. Wajahnya semakin dekat, bahkan nafasnya bisa Lena rasakan, dikecupnya lembut bibir Lena oleh Fajar. Fajar menatap Lena, menghapus air matanya dengan ibu jarinya
"tenanglah, aku tidak akan meninggalkanmu!" ucap Fajar tersenyum
"aku percaya itu!" batin Lena

**

White menjadi tema untuk pernikahan Lena dan Fajar, mereka sedang melakukan feeting baju dan prawedding untuk pernikahannya minggu depan. Dengan gaun yang sangat mewah dikenakan Lena membuat kesan indah, dan jas yang dipakai Fajar membuat kesan gagah
"kamu cantik!" ucap Fajar sembari menggenggam kedua tangan Lena
"aku adalah lelaki yang paling bahagia karna bisa menikahi wanita secantik kamu Len!" lanjutnya lalu mengecup kening Lena
"ya memang kamu beruntung Fajar bsa meluluhkan hati wanita cantik seperti Lena!" ucap fotografer itu
"ya, aku sangat menyayangi Lena melebihi aku menyayangi dirikiu sendiri!" ucap Fajar sembari melemparkan senyum pada Lena yang sedang terduduk dikursi rodanya dengan gaun pengantinya. Lalu Fajar menghampiri Lena
aku takut bila suatu saat anti aku pergi meninggalkanmu, meninggalkan mama, aku takut!" batin Lena
"jangan kamu fikirkan kata orang, aku menyayangimu tulus, tak peduli kamu sakit, kamu lumpuh, kamu bisa, aku tak peduli, kau tetap terlihat cantik dan sempurna dimataku!" ucap Fajarsembari memeluk Lena, Lena hanya bisa menangis dalam pelukan Fajar
"Tuhan jagalah mereka berdua dalam lindunganmu, berilah mereka kebahagiaan untuk menjalin kasih sayang!" ucap mama yang melihat mereka dari kejauhan

**

Semua tamu sudah berdatangan, dengan nuansa serba putih dan indah, bunga mawar putih menghiasi sudut ruangan dan pesta pernikahan yang sangat mewah juga megah. Kedua keluarga sudah datang untuk menyaksikan momen kebahagiaan Lena dan Fajar. Semua terlihat bahagia, ajar menunggu Lena dengan gugup didampingi kedua orang tuanya dan Lena datang dengan gaun pernikahan yang sangat mewah dan duduk dikursi roda yang didorong mama, Fajar tersenyum begitupun Lena, mereka berdua duduk berdampingan didampingi orang tua masing-masing
"baiklah bisa kita mulai?" tanya pak penghulu
"ya!" jawab Fajar
"baiklah. Bismillahirohmanirrohim dengan ini saya nikahkan saudara Fajar Shidiq bin Romi Adistiya dengan Lena Gabriel binti Jeremy Sebastiandengan seperangkat alat sholat dan sekotak perhiasan dibayar tunai!" ucap pa penghulu
"Tuhan jangan sekarang, biarkan sekali saja aku merasakan kebahagiaan. Jangan sekarang aku mohon! errr sakit sekali!" batin Lena seraya menahan rasa sakitnya
"saya terima nikahnya Lena Gabriel binti Jeremy Sebastian dengan mas kawin tersebut tunai!" ucap Fajar
"bagaimana saksi sah?" 
"sahh..!"
"Yarhamukalloh...!"
*bruuuk* Lena jatuh pingsan
"Lena....Lena bangun Lena, Lena kamu kenapa?" tanya Fajar panik
""Lena sayang kamu kenapa? bangun sayang!" ucap mama yang ikutan panik. Fajar mengangkat Lena dan membawanya menuju rumah sakit 

**

Semua panik, semua cemas, egitupun Fajar. Orang yang sekarang sudah menjadi istrinya sekarang sedang melawan maut. Air matanya tak bisa tertahan lagi, kenapa harus Lena? kenapa harus dihari bahagia ini? bertubi-tubi pertanyaan itu muncul dihati Fajar
"sabar Fajar, kamu harus berdoa untuk kebaikan istrimu!" ucap mama Fajar
"kenapa ma, kenapa harus Lena ? kenapa harus sekarang?" tanya Fajar sembari memeluk mamanya erat
*ceklek* semua orang berdiri saat mendapati dokter yang sudah keluar dari ruangan Lena
"dokter bagaimana dengan istri saya?" tanya Fajar cemas
"dokter jawab!" bentak Fajar sembari menggoyang-goyangkan tubuh dokter itu
"tenanglah! tenang dulu!" ucap dokter itu, Fajar melepaskan genggaman erat dibahu dokter itu
"maaf ini sudah kehendak Tuhan, saya hanyalah dokter, kami semua sudah berbuat semaksimal mungkin, namun Tuhan berkata lain, dia terlalu sayang pada Lena sehingga dia ingin Lena berada disampingnya! Lena elah meninggal!" ucap dokter itu dengan berat hati. Kesedihan menyelimuti mereka semua, ajar memukul sekencang-kencangnya tembok rumah sakit meluapkan kemarahannya
"Fajar sudah Fajar, ini sudah menjadi takdirnya!" ucap mama Fajar mencoba meredakan emosi anaknya
"kenapa ma, kenapa harus sekarang, kenapa harus dihari bahagia ini?" Fajar memeluk mamanya dengan air mata yang tak berhenti. Mama Lena berlari menuju ruangan dimana Lena menghembuskan nafas terakhirnya, dipeluk dan diciumnya anak itu dengan air mata yang terus mengalir
"selamat jalan sayang, semoga kamu bahagia dan tenang disana, mama menyayangimu!" ucap mama. Fajar menatap Lena yang sudah terbaring tak bernyawa, dihampirinya lalu dipandanginya dengan sedih
"sabar Fajar, semua ini sudah takdir jangan salahkan takdir dan jangan membencinya!" ucap Mama Lena lalu meninggalkan mereka berdua
"Lena aku menyayangimu.. Kenapa harus sekarang dihari bahagia ini Len? Aku ikhlas Len aku ikhlas, tidurlah, ku menyayangimu sangat menyayangimu. Aku pasti merindukanmu, selamat jalan sayang!" ucap Fajar sembari mencium lembut bibir Lena

**

Dipandanginya makam Lena. Rasanya semua begitu cepat, serangkai bunga mawar putih kesukaan Lena dtancapkan didekat nisannya
"selamat jalan sayang, aku merindukanmu!" ucap Fajar, air matanya kembali menetes
"Fajar ayo!" ucap mama Lena
"iya ma!" ucap Fajar tersenyum lalu meninggalkan makam itu

**

~jaga dia disaat aku tak lagi ada disampingnya~ Lena