Mencintai
tapi tidak dicintai itu menyakitkan. Sama halnya gue. Gue udah lama temenan
sama dia, dari jamannya SD dan sekarang udah SMA. Gue ga tau kapan tepatnya
perasaan ini muncul, karna gue sering bahkan tiap hari ketemu dia. Raisa
panggil dia Ica, cewe imut, cantik, bawel, dan sahabat gue.
“Haaaaaay!”
teriak Ica sembari ngerangkul bahu gue
“Ica
kebiasaan ya lo.”
“Dafa,
itu emang kebiasaan gue kan?” ucap Raisa yang melepaskan rangkulannya
“karna
itu kebiasaan, kalo lo ga ngelakuin itu ke gue sehari ajah, gue ngerasa
kehilangan lo.” Ucap Dafa menatap wajah Raisa dengan penuh perhatian
“ooohhh,
jadi kalau...” ucap Raisa tiba-tiba terhenti saat melihat seseorang yang baru
dia lihat disekolahnya
“Ca...Ica
kenapa lo?” tanya Dafa
“Dafa
lo liat cowo itu?” Raisa menunjuk lelaki itu
“Iya
liat, dia anak Bu Hendraini Kepsek sekolah kita. Kenapa?” tanya Dafa
“tangkep
gue, please tangkep badan gue, rasanya gue mau pingsan liat kegantengan dia.”
Jawab Raisa lemah gemulai
“Alay
lo!” Dafa menepak kening Raisa dan melangkah pergi meninggalkannya
“Awww..!
Dafa sakit ih! Awas yah lo!” Raisa mengusap keningnya lalu mengejar Dafa
*Brrrrruuukk*
“Awwww...!”
teriak Raisa yang terjatuh
“lo
gapapa?”
“Oh
My God ! Gue ga ngimpi kan?” batin Raisa
“mau
gue bantuin?” tanyanya sembari menjulurkan tangan, dan Raisa meraih tangannya
“thanks
yah.”
“makannya
kalo jalan pake mata.” Ucapnya
“ehmm
lo salah lagi, jalan tuh pake kaki, kalo pake mata namanya ga normal.” Ucap
Raisa lugu, lelaki itu hanya tertawa mendengar jawaban Raisa tadi
“oh
iyah, nama gue Ali panggil ajah Al, lo?” tanyanya setelah berhenti tertawa
“gue......”
“ayo
udah bel.”ucap Dafa sembari memegang sebelah tangan Raisa
“gue
duluan yah bye.” Teriak Raisa yang tangannya masih ditarik Dafa menuju kelasnya
“Dafa,
lo tuh ganggu gue, itu tuh anak bu Kepsek dan ngajak kenalan ke gue dan lo
ngancurin itu semua.” Ucap Raisa sembari melepaskan genggaman Dafa. Dafa
menatap Raisa sesaat lalu berjalan meninggalkannya
“Dafa...
Dafa lo denger gue ga sih? Dafaaaaaaa.....!!” teriak Raisa
#
Lamborghini silver sudah bertengger didepan
sekolah. Dafa menenteng sepedanya ditemani Raisa disampingnya, namun langkah
mereka terhenti saat seseorang menyapanya
“hay.”
“lo
anak Bu Hendraini kan?” tanya Dafa sinis
“iya.”
Jawabnya santai
“dafa,
sopan dikit kenapa *Raisa memukul pelan tangan Dafa* ehhm ada apa Al?” tanya
Raisa penuh senyuman
“ehm
soal tadi, gue belum tau nama lo.” Jawab Ali kiku
“Jadi
lo nungguin gue disini Cuma buat tau nama gue gitu?” tanya Raisa
“yap,
tepatnya begitu.” Ali nyengir kuda
“Ca
balik yu!” ucap Dafa namun Raisa tak mendengarkannya
“Nama
gue Raisa lo bisa panggil gue Ica.” Ucap Raisa
“Ehhmmm,
oke kalo gitu boleh gue ngajak Ica balik bareng?” tanya Ali. Dafa menatap wajah
Raisa yang penuh harap, perlahan Dafa menganggukan kepalanya
“thanks
Dafa gue sayang lo.” Ucap Raisa
“kita
duluan.” Ucap Ali yang dijawab tatapan sinis oleh Dafa
#
Dafa mengayuh sepedanya dengan cepat,
wajahnya begitu kesal, tangannya mencengkram erat settang sepedanya. Rasanya
ada yang kosong, bebannya terasa ringan. Biasanya ada cewe bawel yang suka
ngoceh selama perjalanan pulang, ada cewe yang megang pingganggnya dengan erat
karna takut jatuh, dan hari ini Dafa kehilangan itu semua.
“sial
mentang-mentang dia pake lamborghini gue pake sepeda, mentang-mentang dia
ganteng gue pas-pasan, anak kepsek gue anak RT, tapi kalo diliat-liat lagi sih
gue yang paling ganteng dari pada dia. Errrggghhhh...” omelnya sehingga
*buuuuuggg*
Dafa terjatuh dari sepedanya. Siku sebelah
kanannya berdarah, kakinta lecet, dan ban sepeda depannya bengkok.
“siaaaaaal.
Pake acara jatoh segala, gara-gara cowo sial itu sih!” kesal Dafa. Lalu mulai
menenteng sepedanya yang rusak sembari menahan perih
#
“Itu
cowo lo?” tanya Ali
“hah?
Siapa? Maksud lo Dafa?” tanya Raisa, Ali mengangguk pelan dan disusul tawa
Raisa
“Kenapa
lo ketawa?” tanya Ali
“lucu
ajah, banyak yang ngira sih gitu. Cuma sebenernya gue sama dia sahabatan ko.”
Jawab Raisa
“yakin
sahabatan doang?” tanya Ali
“Ihh
kenapa? Serius ko gue sama dia sahabatan dari kecil, kecil banget makannya
akrab banget.” Jawab Raisa
“dia
ko kaya yang ga suka sama gue yah?” tanya Ali lagi
“Dia
emang kaya gitu sama orang baru apalagi kalo cowo yang deketin gue hehe.” Jawab
Raisa
“Lo
suka sama dia?” tanya Ali
“enggak
lah, gila ajah kalo sampe suka gak mungkin, dunia bakal hancur kalo kita saling
suka apalagi sampe jadian, jangan sampe. Lagian gue Cuma pengen sahabatan ajah
sama dia ga lebih.” Jawab Raisa
“Oh
okey.” Ucap Ali. Ada perasaan lega dihatinya
#
Raisa kaget saat melihat Dafa menenteng
sepedanya dengan tubuh yang penuh luka. Raisa berlari kearahnya dan memapah
Dafa kedalam rumah.
“Lo
kenapa Daf?” tanya Raisa panik
“gue
jatoh dijalan, alhasil gini deh.” jawab Dafa
“gue
bantu obatin yah.” Ucap Raisa
“yaudah
cepet, sakit nih.” Ucap Dafa
#
Perlahan Raisa membersihkan luka Dafa
dengan handuk, sesekali Dafa mengerang kesakitan. Diteteskannya betadin lalu
ditutupnya dengan perban. Raisa menatap Dafa, perlahan air matanya membasahi
pipinya.
“Ca,
lo nangis? Lo kenapa?” tanya Dafa
“Ini
salah gue, seharusnya gue pulang sama lo bukan sama Ali, seharusnya gue temenin
lo, ini salah gue, lo jadi kaya gini, maafin gue.” Ucapnya dengan nada parau
“Ca,
ini bukan salah lo, ini kecelakaan, udah jangan nangis lagian lukanya ga sakit
ko gue kan kuat, ada atau gaada lo kalo tuhan udah ngatur gue celaka ya gue
bakal celaka. Udah sekarang lo jangan nangis yah.” jari Dafa menyentuh
lembut pipi Raisa, air matanya hilang hanya dengan satu usapan lembut itu
“maafin
gue.” Raisa memeluk erat Dafa
~Bahkan
air mata lo itu lebih menyakitkan daripada luka ini~ - Dafa
#
Akhir-akhir ini waktu Raisa lebih banyak
dihabiskan dengan Ali, terkadang dia lupa dengan janji-janji yang dia buat
bersama Dafa. Dafa menatap langit sore dibalkon kamarnya, matanya menatap
kearah rumah Raisa. Suara deru mobil terdengar khas ditelinga Dafa, dan benar
itu suara mobil lamborghini Ali. Raisa dan Ali turun dari mobil tersebut. Dafa
menatap mereka yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya, ada rasa
cemburu yang terselip dihatinya.
“apa
ga ada satu ruang dihati lo buat nyimpen nama gue? Apa hati lo cuma buat Ali?
Dan apa kesempatan buat ngisi hati lo itu ga ada buat gue?” hatinya penuh tanya
#
Lamborghini
silver itu sudah memasuki komplek perumahan. Dafa menatap mobil mewah itu dari
balkon kamarnya. Raisa keluar bersama Ali dari rumah Raisa, Dafa merasakan
perasaan yang aneh lagi. Matanya terus menatap kepergian mobil mewah itu yang
sudah menghilang dari hadapannya
“Seandainya yang ada diposisi Ali itu gue, apa lo
bakal sebahagia itu?” tanya Dafa
#
Ali menggenggam erat tangan Raisa, matanya
berbinar, jantungnya berdegup kencang, dia menjentikkan jarinya dan satu
restoran itu gelap, lalu Ali mulai menghitung *1.....2......3.....* restoran
itu kembali terang dengan lilin-lilin yang mengelilingi meja Raisa dan Ali.
Ali
lalu mengajak Raisa berdansa diantara lilin-lilin itu diiringi alunan dari
biola yang menciptakan suasana rmantis.
“lo
ngerencanain ini semua?” tanya Raisa
“ya,
lo suka?”
“I
like it.” Jawab Raisa, senyumnya mulai terlihat diwajahnya. Mereka menghentikan
dansanya, lampu-lampu itu kembali menyala, Ali berlutut dihadapan Raisa sembari
menunjukkan cincin ditangannya
“Raisa
gue tau ini terlalu cepat, tapi gue sayang dan gue suka sama lo sejak pertama
kita ketemu, will you be my girlfriend?” tanya Ali
“yaaa
Ali.” Raisa menjawabnya dengan pasti, Ali mulai memasukkan cincin itu ke tangan
Raisa dan mendekap tubuhnya
#
“Gue
harus ungkapin ini semua, gue harus jujur sebelum gue nyesel.” Ucap Dafa sembari
memegangi selembar foto
#
Mereka
berdua menatap langit sore yang hampir gelap. Perlahan tangannya mulai
menyentuh tangan Raisa, hatinya berdegup sangat kencang. Raisa menatap dia
penuh kebahagiaan.
“Ca...
Ada yang mau gue omongin ke lo.” Ucap Dafa
“gue
jugaada yang mau gue omongin ke lo.” Ucap Raisa
“kalo
gitu lo duluan deh.” ucap Dafa
“gue,
gue, gue udah jadian sama Ali.” Ucap Raisa sembari memamerkan cincin yang
diberi Ali. Wajahnya penuh kebahagiaan. Dafa menatap wajah Raisa penuh kecewa,
lidahnya kelu, hatinya hancur, genggaman ditangan Raisa perlahan mulai lepas
“Dafa
lo ko kaya ga seneng gitu sih?” tanya Raisa
“hmm,
sotoy lo. Gue seneng ko, kalo gitu gue balik dulu yah.” Ucap Dafa yang mulai
beranjak dari duduknya
“Dafa,
katanya ada yang mau lo omongin ke gue?” tanya Raisa, Dafa lalu menghentikan
langkahnya
“ga
jadi!” jawabnya seraya melanjutkan langkahnya
“Dafa,
Dafa lo boong sama gue.” Ucap Raisa, Dafa menatapnya ragu lalu kembali
menghampirinya
“gue
boong apaan?” tanya Dafa santai
“dari
awal lo emang ga suka sama Ali, kenapa Daf? Padahal Ali baik sama gue, Ali itu
berarti banget buat gue, tapi sedikitpun lo ga pernah mandang sisi positivenya
Ali, gue juga tau lo ga suka kan gue jadian sama Ali.” Ucap Raisa
“gue
tau dia baik, gue tau dia berarti banget buat lo, tapi yaudahlah gue ga mau
ribut sama lo gara-gara ini. Gue cabut!” ucap Dafa seraya meninggalkan teras
rumah Raisa
“ya,
lebih baik lo pergi, kalo perlu lo pergi SELAMANYA ga usah balik lagi, lo
disini tuh ngerusak hubungan gue sama Ali, pergi sana yang jauh sekalian biar
gue ga bisa liat muka lo lagi!” teriak Raisa. Dafa mulai menjalankan motornya
keluar komplek
“gue
ga peduli sama lo dan gue ga mau peduli lagi sama lo!” ucap Raisa, air matanya
perlahan menetes
#
Dafa mengemudikan sepeda motornya dengan
kecepatan maksimal, tanganya mencengkram erat setang motornya dan terkadang dia
menaikkan kecepatan motornya melebihi maksimal, ia tau memperdulikan
sekitarnya, hatinya bernar-benar berantakan sekarang. Entahlah apa yang ada
difikirannya, yang ia tau hanyalah sahabatnya menginginkan dia pergi
“Seandainya
lo tau gue sayang sama lo, seandainya lo tau lo itu special dihati gue,
seandainya lo tau hati gue cuma ada nama lo, dan lo ga pernah tau. Apa hati lo
cuma buat Ali? Apa ga ada ruang sedikitpun buat gue ngedampingin lo? Gue ga
bisa maksa lo buat punya perasaan yang sama ke gue, gue cuma bisa berdoa semoga
Ali emang yang terbaik buat lo. Bye Raisa.” Ucap Dafa
#
*drrttttt...drrrtttt...drrrttt..*
handphone Raisa bergetar tertera nama “Dafa” dihandphonenya. Raisa lalu membuka
sms itu dan membacanya.
-Isi
SMS-
Hay
cewe bawel, imut, manja, juga cantik :D gue minta maafya soal tadi, sebenernya
gue mau ngomong tentang perasaan gue ke seorang cewe, gue syang banget sama
cewe itu, bahkan gue udah cinta banget sama tuh cewe, mungkin karna gue sering
ketemu kali ya jadi perasaan itu muncul. Gue cuma belum berani ungkapin
semuanya, dan pas gue mau ungkapin perasaan gue, cewe itu udah milik orang
lain, ya gue ga bisa apa-apa ya selain ngedoain yang baik-baik ajah :D lo mau
tau ga nama cewe itu siapa? Nama cewe itu Raisa Ziqra Rumi :D bye.”
Butiran bening itu membasahi pipi manis
Raisa. Dia berlari kearah rumah Dafa namun Dafa belum juga pulang, hatinya
cemas, berkali-kali dia telfon Dafa namun Dafa tak mengangkatnya. Handphone
Raisa kembali berbunyi, namun Raisa tak mengangkatnya, dia terlalu cemas pada
Dafa, dan yang ada difikirannya sekarang hanyalah Dafa.
#
Dafa mencengkram erat settang motornya,
terkadang dia menaikkan gasnya hingga kecepatan penuh, ta disadari ternyata ada
mini bus dari arah berlawanan. Dafa mencoba menghentikkan laju motornya namun
rem motornya ternyata blong, Rohan terus berusaha menghentikan motornya
namun............
“aaaaaaaaa....!!!!!!!”
mini bus itu menabrak motor Dafa. Dafa terpental jauh dari motornya
“jika
ini hari terakhirku izinkan aku melihat senyum itu, jika hari ini hari
terakhirku izinkan aku merasakan hangat pelukan itu, jika ini hari terakhirku
izinkan aku menggenggam erat tangan lembut itu.”
*braaaaaaaaaaaaaaak*
Tubuh Dafa terbanting begitu keras ke
aspal, orang-orang yang menyaksikan kejadian itu segera memanggil ambulans,
keadaan Dafa sangatlah parah, kepalanya mengalami kebocoran dan mengeluarkan
banyak darah, mulut dan hidungnya juga berdarah, baju putih yang dikenakan Dafa
penuh dengan darah, nafasnya sudah tak teratur, matanya menatap kosong langit
sore, dia berusaha berbicara namun tidak bisa. Salah seorang mengambil
handphone Dafa dan melihat ada 28 panggilan tidak terjawab dari Raisa. Orang
itu segera menelfon Raisa dan memberitaukan kejadian ini.
#
“Hallo,
Dafa lo dimana?” tanya Raisa dengan sangat panik. Tak lama setelah itu Raisa menutup
telfonnya dan berlari ketempat kecelakaan itu, air matanya begitu deras
mengalir saat dia tau kondisi Dafa sangat tidak memungkinkan untuk bertahan.
Hatinya hancur saat mendengar berita itu, dengan cepat dia berlari dan terus
berlari
“Dafaaaaaaaa
maafin gue.”
#
Dafa
masih terbaring tak berdaya, ambulans begitu lama datang, darahnya terus
mengalir membasahi aspal, ada perasaan sesak dijantungnya, Raisa melihat
kerumunan itu, dia langsung menerobos masuk dan terlihat Dafa yang sedang
tergeletak lemas menunggu ajal menjemputnya, lutut Raisa lemas, badannya
gemetar, tangannya dingin saat melihat keadaan Dafa. Dipeluknya Dafa dengan
erat, kaki, tangan, baju, dan wajah Raisa penih darah, air matanya membasahi
wajah Dafa, setengah sadar Dafa berbicara
“jaa....jan..jangan
na...ngis.. aaa...aaku baik...ba..ik aaa..ja.” ucapnya
“gimana
gue ga nangis Dafa, keadaan lo kaya gini.”
“Ini
semua salah gue, gara-gara gue, ga seharusnya gue nyuruh lo pergi, maafin gue,
gue tau kalo lo suka sama gue Dafa.” Raisa masih memeluk erat Dafa, berusaha
sekuat tenaga Dafa menggerakkan tangannya dan mengusap air mata Raisa
“kaaa...lo
lo.. s...see...nyum lo.. ba...kal le..bih can..tik.” Ucap Dafa yang berusaha
tersenyum dalam sakitnya
“ja...ga...
di..ri lo.. ba..ik..ba..ik.” ucapnya. Namun Tuhan berkehendak lain, Dafa
menutup matanya saat Raisa memeluknya. Hati Raisa hancur, Raisa menyesal, dia
terus menangis sembari memeluk Dafa.
#
Acara pemakaman telah selesai, Raisa
menatap nisan yang bertuliskan Dafa. Dia mengusap nisan itu, lagi-lagi air
matanya jatuh. Ditaburkannya bunga dimakam tersebut, Raisa menundukkan
kepalanya dan berdoa.
“Tuhan
berikanlah Dafa kebahagiaan disana, janganlah membuat Dafa menderita disana,
tempatkan Dafa ditempat yang paling terbaik, jagalah Dafa untukku Tuhan. Amin.”
“Ca
udah selesai?” tanya Ali yang dijawab anggukan oleh Raisa
“pulang
yu.” Ajak Ali
“see
you Dafa.” Ucap Raisa
“yu
Al.” Raisa meraih tangan Ali dan meninggalkan pemakaman
~Karna
Aku Dan Kamu Tidak Akan Menjadi Kita~ - Dafa