Sabtu, 18 Januari 2014

I And You Are Not Going To Be Us


Mencintai tapi tidak dicintai itu menyakitkan. Sama halnya gue. Gue udah lama temenan sama dia, dari jamannya SD dan sekarang udah SMA. Gue ga tau kapan tepatnya perasaan ini muncul, karna gue sering bahkan tiap hari ketemu dia. Raisa panggil dia Ica, cewe imut, cantik, bawel, dan sahabat gue.
“Haaaaaay!” teriak Ica sembari ngerangkul bahu gue
“Ica kebiasaan ya lo.”
“Dafa, itu emang kebiasaan gue kan?” ucap Raisa yang melepaskan rangkulannya
“karna itu kebiasaan, kalo lo ga ngelakuin itu ke gue sehari ajah, gue ngerasa kehilangan lo.” Ucap Dafa menatap wajah Raisa dengan penuh perhatian
“ooohhh, jadi kalau...” ucap Raisa tiba-tiba terhenti saat melihat seseorang yang baru dia lihat disekolahnya
“Ca...Ica kenapa lo?” tanya Dafa
“Dafa lo liat cowo itu?” Raisa menunjuk lelaki itu
“Iya liat, dia anak Bu Hendraini Kepsek sekolah kita. Kenapa?” tanya Dafa
“tangkep gue, please tangkep badan gue, rasanya gue mau pingsan liat kegantengan dia.” Jawab Raisa lemah gemulai
“Alay lo!” Dafa menepak kening Raisa dan melangkah pergi meninggalkannya
“Awww..! Dafa sakit ih! Awas yah lo!” Raisa mengusap keningnya lalu mengejar Dafa
*Brrrrruuukk*                                                                   
“Awwww...!” teriak Raisa yang terjatuh
“lo gapapa?”
“Oh My God ! Gue ga ngimpi kan?” batin Raisa
“mau gue bantuin?” tanyanya sembari menjulurkan tangan, dan Raisa meraih tangannya
“thanks yah.”
“makannya kalo jalan pake mata.” Ucapnya
“ehmm lo salah lagi, jalan tuh pake kaki, kalo pake mata namanya ga normal.” Ucap Raisa lugu, lelaki itu hanya tertawa mendengar jawaban Raisa tadi
“oh iyah, nama gue Ali panggil ajah Al, lo?” tanyanya setelah berhenti tertawa
“gue......”
“ayo udah bel.”ucap Dafa sembari memegang sebelah tangan Raisa
“gue duluan yah bye.” Teriak Raisa yang tangannya masih ditarik Dafa menuju kelasnya
“Dafa, lo tuh ganggu gue, itu tuh anak bu Kepsek dan ngajak kenalan ke gue dan lo ngancurin itu semua.” Ucap Raisa sembari melepaskan genggaman Dafa. Dafa menatap Raisa sesaat lalu berjalan meninggalkannya
“Dafa... Dafa lo denger gue ga sih? Dafaaaaaaa.....!!” teriak Raisa

#

     Lamborghini silver sudah bertengger didepan sekolah. Dafa menenteng sepedanya ditemani Raisa disampingnya, namun langkah mereka terhenti saat seseorang menyapanya
“hay.”
“lo anak Bu Hendraini kan?” tanya Dafa sinis
“iya.” Jawabnya santai
“dafa, sopan dikit kenapa *Raisa memukul pelan tangan Dafa* ehhm ada apa Al?” tanya Raisa penuh senyuman
“ehm soal tadi, gue belum tau nama lo.” Jawab Ali kiku
“Jadi lo nungguin gue disini Cuma buat tau nama gue gitu?” tanya Raisa
“yap, tepatnya begitu.” Ali nyengir kuda
“Ca balik yu!” ucap Dafa namun Raisa tak mendengarkannya
“Nama gue Raisa lo bisa panggil gue Ica.” Ucap Raisa
“Ehhmmm, oke kalo gitu boleh gue ngajak Ica balik bareng?” tanya Ali. Dafa menatap wajah Raisa yang penuh harap, perlahan Dafa menganggukan kepalanya
“thanks Dafa gue sayang lo.” Ucap Raisa
“kita duluan.” Ucap Ali yang dijawab tatapan sinis oleh Dafa

#

     Dafa mengayuh sepedanya dengan cepat, wajahnya begitu kesal, tangannya mencengkram erat settang sepedanya. Rasanya ada yang kosong, bebannya terasa ringan. Biasanya ada cewe bawel yang suka ngoceh selama perjalanan pulang, ada cewe yang megang pingganggnya dengan erat karna takut jatuh, dan hari ini Dafa kehilangan itu semua.
“sial mentang-mentang dia pake lamborghini gue pake sepeda, mentang-mentang dia ganteng gue pas-pasan, anak kepsek gue anak RT, tapi kalo diliat-liat lagi sih gue yang paling ganteng dari pada dia. Errrggghhhh...” omelnya sehingga
*buuuuuggg*
     Dafa terjatuh dari sepedanya. Siku sebelah kanannya berdarah, kakinta lecet, dan ban sepeda depannya bengkok.
“siaaaaaal. Pake acara jatoh segala, gara-gara cowo sial itu sih!” kesal Dafa. Lalu mulai menenteng sepedanya yang rusak sembari menahan perih

#

“Itu cowo lo?” tanya Ali
“hah? Siapa? Maksud lo Dafa?” tanya Raisa, Ali mengangguk pelan dan disusul tawa Raisa
“Kenapa lo ketawa?” tanya Ali
“lucu ajah, banyak yang ngira sih gitu. Cuma sebenernya gue sama dia sahabatan ko.” Jawab Raisa
“yakin sahabatan doang?” tanya Ali
“Ihh kenapa? Serius ko gue sama dia sahabatan dari kecil, kecil banget makannya akrab banget.” Jawab Raisa
“dia ko kaya yang ga suka sama gue yah?” tanya Ali lagi
“Dia emang kaya gitu sama orang baru apalagi kalo cowo yang deketin gue hehe.” Jawab Raisa
“Lo suka sama dia?” tanya Ali
“enggak lah, gila ajah kalo sampe suka gak mungkin, dunia bakal hancur kalo kita saling suka apalagi sampe jadian, jangan sampe. Lagian gue Cuma pengen sahabatan ajah sama dia ga lebih.” Jawab Raisa
“Oh okey.” Ucap Ali. Ada perasaan lega dihatinya

#

     Raisa kaget saat melihat Dafa menenteng sepedanya dengan tubuh yang penuh luka. Raisa berlari kearahnya dan memapah Dafa kedalam rumah.
“Lo kenapa Daf?” tanya Raisa panik
“gue jatoh dijalan, alhasil gini deh.” jawab Dafa
“gue bantu obatin yah.” Ucap Raisa
“yaudah cepet, sakit nih.” Ucap Dafa

#

     Perlahan Raisa membersihkan luka Dafa dengan handuk, sesekali Dafa mengerang kesakitan. Diteteskannya betadin lalu ditutupnya dengan perban. Raisa menatap Dafa, perlahan air matanya membasahi pipinya.
“Ca, lo nangis? Lo kenapa?” tanya Dafa
“Ini salah gue, seharusnya gue pulang sama lo bukan sama Ali, seharusnya gue temenin lo, ini salah gue, lo jadi kaya gini, maafin gue.” Ucapnya dengan nada parau
“Ca, ini bukan salah lo, ini kecelakaan, udah jangan nangis lagian lukanya ga sakit ko gue kan kuat, ada atau gaada lo kalo tuhan udah ngatur gue celaka ya gue bakal celaka. Udah sekarang lo jangan nangis yah.”  jari Dafa menyentuh lembut pipi Raisa, air matanya hilang hanya dengan satu usapan lembut itu
“maafin gue.” Raisa memeluk erat Dafa

~Bahkan air mata lo itu lebih menyakitkan daripada luka ini~ - Dafa

#

     Akhir-akhir ini waktu Raisa lebih banyak dihabiskan dengan Ali, terkadang dia lupa dengan janji-janji yang dia buat bersama Dafa. Dafa menatap langit sore dibalkon kamarnya, matanya menatap kearah rumah Raisa. Suara deru mobil terdengar khas ditelinga Dafa, dan benar itu suara mobil lamborghini Ali. Raisa dan Ali turun dari mobil tersebut. Dafa menatap mereka yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya, ada rasa cemburu yang terselip dihatinya.
“apa ga ada satu ruang dihati lo buat nyimpen nama gue? Apa hati lo cuma buat Ali? Dan apa kesempatan buat ngisi hati lo itu ga ada buat gue?” hatinya penuh tanya

#

     Lamborghini silver itu sudah memasuki komplek perumahan. Dafa menatap mobil mewah itu dari balkon kamarnya. Raisa keluar bersama Ali dari rumah Raisa, Dafa merasakan perasaan yang aneh lagi. Matanya terus menatap kepergian mobil mewah itu yang sudah menghilang dari hadapannya
“Seandainya yang ada diposisi Ali itu gue, apa lo bakal sebahagia itu?” tanya Dafa

#

     Ali menggenggam erat tangan Raisa, matanya berbinar, jantungnya berdegup kencang, dia menjentikkan jarinya dan satu restoran itu gelap, lalu Ali mulai menghitung *1.....2......3.....* restoran itu kembali terang dengan lilin-lilin yang mengelilingi meja Raisa dan Ali.
Ali lalu mengajak Raisa berdansa diantara lilin-lilin itu diiringi alunan dari biola yang menciptakan suasana rmantis.
“lo ngerencanain ini semua?” tanya Raisa
“ya, lo suka?”
“I like it.” Jawab Raisa, senyumnya mulai terlihat diwajahnya. Mereka menghentikan dansanya, lampu-lampu itu kembali menyala, Ali berlutut dihadapan Raisa sembari menunjukkan cincin ditangannya
“Raisa gue tau ini terlalu cepat, tapi gue sayang dan gue suka sama lo sejak pertama kita ketemu,  will you be my girlfriend?” tanya Ali
“yaaa Ali.” Raisa menjawabnya dengan pasti, Ali mulai memasukkan cincin itu ke tangan Raisa dan mendekap tubuhnya

#

“Gue harus ungkapin ini semua, gue harus jujur sebelum gue nyesel.” Ucap Dafa sembari memegangi selembar foto

#

Mereka berdua menatap langit sore yang hampir gelap. Perlahan tangannya mulai menyentuh tangan Raisa, hatinya berdegup sangat kencang. Raisa menatap dia penuh kebahagiaan.
“Ca... Ada yang mau gue omongin ke lo.” Ucap Dafa
“gue jugaada yang mau gue omongin ke lo.” Ucap Raisa
“kalo gitu lo duluan deh.” ucap Dafa
“gue, gue, gue udah jadian sama Ali.” Ucap Raisa sembari memamerkan cincin yang diberi Ali. Wajahnya penuh kebahagiaan. Dafa menatap wajah Raisa penuh kecewa, lidahnya kelu, hatinya hancur, genggaman ditangan Raisa perlahan mulai lepas
“Dafa lo ko kaya ga seneng gitu sih?” tanya Raisa
“hmm, sotoy lo. Gue seneng ko, kalo gitu gue balik dulu yah.” Ucap Dafa yang mulai beranjak dari duduknya
“Dafa, katanya ada yang mau lo omongin ke gue?” tanya Raisa, Dafa lalu menghentikan langkahnya
“ga jadi!” jawabnya seraya melanjutkan langkahnya
“Dafa, Dafa lo boong sama gue.” Ucap Raisa, Dafa menatapnya ragu lalu kembali menghampirinya
“gue boong apaan?” tanya Dafa santai
“dari awal lo emang ga suka sama Ali, kenapa Daf? Padahal Ali baik sama gue, Ali itu berarti banget buat gue, tapi sedikitpun lo ga pernah mandang sisi positivenya Ali, gue juga tau lo ga suka kan gue jadian sama Ali.” Ucap Raisa
“gue tau dia baik, gue tau dia berarti banget buat lo, tapi yaudahlah gue ga mau ribut sama lo gara-gara ini. Gue cabut!” ucap Dafa seraya meninggalkan teras rumah Raisa
“ya, lebih baik lo pergi, kalo perlu lo pergi SELAMANYA ga usah balik lagi, lo disini tuh ngerusak hubungan gue sama Ali, pergi sana yang jauh sekalian biar gue ga bisa liat muka lo lagi!” teriak Raisa. Dafa mulai menjalankan motornya keluar komplek
“gue ga peduli sama lo dan gue ga mau peduli lagi sama lo!” ucap Raisa, air matanya perlahan menetes

#

     Dafa mengemudikan sepeda motornya dengan kecepatan maksimal, tanganya mencengkram erat setang motornya dan terkadang dia menaikkan kecepatan motornya melebihi maksimal, ia tau memperdulikan sekitarnya, hatinya bernar-benar berantakan sekarang. Entahlah apa yang ada difikirannya, yang ia tau hanyalah sahabatnya menginginkan dia pergi
“Seandainya lo tau gue sayang sama lo, seandainya lo tau lo itu special dihati gue, seandainya lo tau hati gue cuma ada nama lo, dan lo ga pernah tau. Apa hati lo cuma buat Ali? Apa ga ada ruang sedikitpun buat gue ngedampingin lo? Gue ga bisa maksa lo buat punya perasaan yang sama ke gue, gue cuma bisa berdoa semoga Ali emang yang terbaik buat lo. Bye Raisa.” Ucap Dafa

#

*drrttttt...drrrtttt...drrrttt..* handphone Raisa bergetar tertera nama “Dafa” dihandphonenya. Raisa lalu membuka sms itu dan membacanya.

-Isi SMS-
Hay cewe bawel, imut, manja, juga cantik :D gue minta maafya soal tadi, sebenernya gue mau ngomong tentang perasaan gue ke seorang cewe, gue syang banget sama cewe itu, bahkan gue udah cinta banget sama tuh cewe, mungkin karna gue sering ketemu kali ya jadi perasaan itu muncul. Gue cuma belum berani ungkapin semuanya, dan pas gue mau ungkapin perasaan gue, cewe itu udah milik orang lain, ya gue ga bisa apa-apa ya selain ngedoain yang baik-baik ajah :D lo mau tau ga nama cewe itu siapa? Nama cewe itu Raisa Ziqra Rumi :D bye.”

     Butiran bening itu membasahi pipi manis Raisa. Dia berlari kearah rumah Dafa namun Dafa belum juga pulang, hatinya cemas, berkali-kali dia telfon Dafa namun Dafa tak mengangkatnya. Handphone Raisa kembali berbunyi, namun Raisa tak mengangkatnya, dia terlalu cemas pada Dafa, dan yang ada difikirannya sekarang hanyalah Dafa.

#

     Dafa mencengkram erat settang motornya, terkadang dia menaikkan gasnya hingga kecepatan penuh, ta disadari ternyata ada mini bus dari arah berlawanan. Dafa mencoba menghentikkan laju motornya namun rem motornya ternyata blong, Rohan terus berusaha menghentikan motornya namun............
“aaaaaaaaa....!!!!!!!” mini bus itu menabrak motor Dafa. Dafa terpental jauh dari motornya
“jika ini hari terakhirku izinkan aku melihat senyum itu, jika hari ini hari terakhirku izinkan aku merasakan hangat pelukan itu, jika ini hari terakhirku izinkan aku menggenggam erat tangan lembut itu.”
*braaaaaaaaaaaaaaak*
     Tubuh Dafa terbanting begitu keras ke aspal, orang-orang yang menyaksikan kejadian itu segera memanggil ambulans, keadaan Dafa sangatlah parah, kepalanya mengalami kebocoran dan mengeluarkan banyak darah, mulut dan hidungnya juga berdarah, baju putih yang dikenakan Dafa penuh dengan darah, nafasnya sudah tak teratur, matanya menatap kosong langit sore, dia berusaha berbicara namun tidak bisa. Salah seorang mengambil handphone Dafa dan melihat ada 28 panggilan tidak terjawab dari Raisa. Orang itu segera menelfon Raisa dan memberitaukan kejadian ini.

#

“Hallo, Dafa lo dimana?” tanya Raisa dengan sangat panik. Tak lama setelah itu Raisa menutup telfonnya dan berlari ketempat kecelakaan itu, air matanya begitu deras mengalir saat dia tau kondisi Dafa sangat tidak memungkinkan untuk bertahan. Hatinya hancur saat mendengar berita itu, dengan cepat dia berlari dan terus berlari
“Dafaaaaaaaa maafin gue.”

#

Dafa masih terbaring tak berdaya, ambulans begitu lama datang, darahnya terus mengalir membasahi aspal, ada perasaan sesak dijantungnya, Raisa melihat kerumunan itu, dia langsung menerobos masuk dan terlihat Dafa yang sedang tergeletak lemas menunggu ajal menjemputnya, lutut Raisa lemas, badannya gemetar, tangannya dingin saat melihat keadaan Dafa. Dipeluknya Dafa dengan erat, kaki, tangan, baju, dan wajah Raisa penih darah, air matanya membasahi wajah Dafa, setengah sadar Dafa berbicara
“jaa....jan..jangan na...ngis.. aaa...aaku baik...ba..ik aaa..ja.” ucapnya
“gimana gue ga nangis Dafa, keadaan lo kaya gini.”
“Ini semua salah gue, gara-gara gue, ga seharusnya gue nyuruh lo pergi, maafin gue, gue tau kalo lo suka sama gue Dafa.” Raisa masih memeluk erat Dafa, berusaha sekuat tenaga Dafa menggerakkan tangannya dan mengusap air mata Raisa
“kaaa...lo lo.. s...see...nyum lo.. ba...kal le..bih can..tik.” Ucap Dafa yang berusaha tersenyum dalam sakitnya
“ja...ga... di..ri lo.. ba..ik..ba..ik.” ucapnya. Namun Tuhan berkehendak lain, Dafa menutup matanya saat Raisa memeluknya. Hati Raisa hancur, Raisa menyesal, dia terus menangis sembari memeluk Dafa.

#

     Acara pemakaman telah selesai, Raisa menatap nisan yang bertuliskan Dafa. Dia mengusap nisan itu, lagi-lagi air matanya jatuh. Ditaburkannya bunga dimakam tersebut, Raisa menundukkan kepalanya dan berdoa.
“Tuhan berikanlah Dafa kebahagiaan disana, janganlah membuat Dafa menderita disana, tempatkan Dafa ditempat yang paling terbaik, jagalah Dafa untukku Tuhan. Amin.”
“Ca udah selesai?” tanya Ali yang dijawab anggukan oleh Raisa
“pulang yu.” Ajak Ali
“see you Dafa.” Ucap Raisa
“yu Al.” Raisa meraih tangan Ali dan meninggalkan pemakaman

~Karna Aku Dan Kamu Tidak Akan Menjadi Kita~ - Dafa

Sick Of You


“Ndahh...Indah...!” suara khas itu terdengar jelas ditelingaku
“Emrrr...” lirihku. Karna mataku masih terpejam lelap
“Ndah bangun dong, sahabatnya dateng ga mau nyambut apa?” ucapnya lagi sembari mengusap lembut rambutku
“Hoaaaam......Lidya! Morning!” kataku sembari mengucek-ngucek mata
“kapan dateng?” tanyaku
“gue sampe tadi malem, cuma pas kekamar lo, lonya udah tidur, gue ga tega banguninnya jadi gue samperin lo pagi hehehe.” Jawab Lidya sembari membereskan meja belajar Indah yang berantakan
“Temenin gue jalan-jalan yu!” ucap Lidya sembari menarik lembut tangan Indah
“iya...iya tenang gue mau mandi dulu yah teacher!” kata Indah lalu berlari ke kamar mandi

___________________________

          Lidya mengendarai mobil dengan kecepatan stabil, diiringi lagu *Justin Bieber – All That Meatter* membuat suasana lebih fun. Sedangkan Indah asik dengan handphonenya.
“Asik bener sama handphonenya, berasa supir gue.” Ledek Lidya, Indah menatap Lidya dengan senyuman tengilnya
“hahaha ga lah teacher, lo tuh bukan supir gue tapi lo tuh asisten gue!” kata Indah sembari tertawa renyah
“Sama aja gila. Emang lagi sms’an sama siapa sih asik bener.” Kata Lidya yang penasaran
“ini dari Dika.” Jawab Indah
“Dika Ardiansyah yang lo taksir bertaun-taun itu kan?” tanya Lidya
“iya...tapi sekarang gue udah berhasil dapetin dia.” ucap Indah, seketika juga Lidya mengerem dengan mendadak
“awww”
“lo jadian sama Dika?” tanya Lidya
“iyah, duh sakit gila..” kata Indah sembari mengusap-ngusap keningnya
“sori, gue syok ajah akhirnya lo bisa dapetin Dika.” Ucap Lidya
“itu juga karna lo minggat dari Indonesia teacher.” Ucap Indah kali ini sedikit tenang
“gue ga minggat, gue sekolah oke.” Ucap Lidya membela diri
“whatever, udah ah jalan nih entar telat lagi.” Kata Indah

___________________________

          Dika terduduk santai dengan satu gelas minumannya. Hatinya tiba-tiba tak tenang, rasanya ada yang mengganjal.
          Adel menepuk pundak Dika, senyum sumringahnya terlihat jelas dimuka Indah, Dika lalu memeluk Indah dan mencium kedua pipinya
“Hay, Oh ya, aku punya kejutan buat kamu!” ucap Indah
“kejutan apaan?” tanya Dika
“masuk girl.” Ucap Indah dan Lidya pun muncul dihadapan Dika. Mata Dika tak berkedip melihat Lidya begitupun Lidya, cintanya yang dulu hilang kini datang kembali dihadapannya
“hey ko pada ngelamun sih? Kaget yah?” tanya Indah yang membuyarkan lamunan mereka
“ehhmm.. apa kabar?” tanya Lidya memulai percakapan
“baik, lama ga ketemu yah.” Ucap Dika
“oh silahkan duduk..” ajak Dika

___________________________

          Indah menatap kearah luar jendela kamarnya menikmati angin yang berhembus, tiba-tiba handphonenya berdering tertera nama *DikaS* lalu Indah mengangkatnya
“hay Ndah lagi apa?” tanya Dika disebrang sana
“lagi diem ajah dijendela.” Jawab Indah sedikit lemas
“kamu sakit?” tanya Dika
“engga ko.”
“lemes gitu, ohh ya besok kita jalan yu.” Tawar Dika
“boleh.”
“ajak Lidya juga yah.” Ucap Dika, Indah hanya terdiam tanpa memberi respon
“Ndah...Indah masih disitu kan Ndah?”
“ehhmm iyah aku masih disini ko.” Ujar Indah
“besok aku jemput kalian jam 13.00 yah.” Kata Dika
“iyah.”
“see you.”
“see you.” Indah pun menutup telfonnya lalu kembali menatap taburan bintang di jendela
“sejujurnya gue lelah dengan semua ini, harus jatuh bangun ngedapetin cinta lo. Lo memang milik gue tapi sayangnya hati lo bukan milik gue, gue cape harus merjuangin orang yang sama sekali ga ngehargain perjuangan gue, gue cape dengan kebohongan lo yang selalu bilang lo bahagia sama gue, gue cape sama semua ini, gue ga tau harus gimana, yang gue tau sekarang adalah gue sayang lo.” Batin Indah. Butiran bening mulai menetes membasahi pipi Indah
“Ndah...” sapa Lidya, Indah lalu menatap Lidya dan menghapus air matanya
“Ndah lo nangis? Lo kenapa?” tanya Lidya sembari memegang kedua bahu Indah
“ga ko gue gapapa. Oh ya besok Dika ngajak jalan, katanya mau jemput kita jam 13.00 lo bisa kan?” tanya Indah dengan nada parau
“dengan senang hati.” Jawab Lidya dengan penuh senyuman
“Ndah lo udah jadian sama Dika berapa lama?” tanya Lidya sembari melihat kumpulan foto Indah dan Dika
“udah lama ko, setaun setelah lo ke Jerman.” Jawab Indah
“lama juga yah, langgeng lagi.” Indah hanya tersenyum kearah Lidya
“Lo ko ga semangat gitu sih Ndah? Lo sakit??” tanya Lidya
“ga. Gue cuma terlalu takut aja, yaudah gue tidur duluan yah cape banget soalnya.” Ucap Indah lalu berjalan menuju tempat tidurnya dan menutup dirinya dengan selimut
“Gue terlalu takut saat Dika lebih milih lo dari pada gue.” batinnya

___________________________

          Mereka bertiga berjalan mengelilingi mall, berfoto bersama, main game, makan ice cream, karaoke, semuanya tertawa kecuali Indah. Indah memang tertawa tapi hatinya siapa tau. Dika juga Lidya begitu mesra sampe mereka lupa kalo disitu ada Indah. Indah serasa pengawal mereka berdua. Tiba saatnya makan, mereka memasuki Solaria Cafe dan memesan makanan kesukaan mereka, Indah hanya mengaduk-ngaduk makanannya, sedangkan Dika dan Lidya mereka fun bahkan sepertinya mereka ga nganggap Indah ada disampingnya.
“guys gue ke toilet dulu yah.” Kata Indah
“yayayaya.” Kata Dika yang tertawa bersama Lidya tanpa melihat Indah. Indah lalu berlari kearah toilet

___________________________

          Indah menatap pantulan dirinya dicermin besar, air matanya menetes segera Indah menghapusnya dengan tisu. Indah lalu masuk kedalam toilet, pintunya dikunci, dia duduk di kloset dan menangis sejadi-jadinya. Hatinya sakit, dirinya berasa tak dianggap oleh Dika juga Lidya. Hingga akhirnya dia memutuskan kembali menghampiri Dika juga Lidya.

___________________________

“Udah Ndah ke toiletnya?” tanya Lidya, Indah hanya mengangguk pelan
“yaudah kita pulang udah sore juga.” Ucap Dika. Dika lalu membayar bill’nya dan beranjak dari duduknya, ditarik lembut tangan Lidya sedangkan Indah hanya menatap kepergian mereka berdua.

___________________________

          Indah mengkunci pintu kamarnya, dia menangis sejadinya. Tiba-tiba handphonenya berdering, tertera nama *DikaS* namun Indah tidak mengangkatnya sampe ke’3 kalinya Indah baru mengangkatnya
“Ndah kamu kemana ajah kenapa baru angkat telfon aku?” tanya Dika
“maaf aku ketiduran.” Jawab Indah yang sedikit serak soalnya abis nangis
“kamu abis nangis ya? Kamu kenapa?” tanya Dika
“aku gapapa.” Jawab Indah berbohong
“kamu yakin?” tanya Dika namun Indah tak menjawabnya
“Ndah, besok kita jalan yu?” tawar Dika, Indah lalu membayangkan kalo besok jalan bertiga lagi pasti kejadian tadi terulang
“Ndah kita cuma berdua ko.” Ucap Dika namun Indah tetap tidak menjawabnya
“besok aku jemput jam 14.00 yah.”
“see you.” Lanjutnya
“see you.” Kata Indah lalu menutup telfonnya

___________________________

          Dika dan Indah memasuki Mujigae Resto, mereka berdua duduk disudut restoran. Dika melahap makanan pesanannya dengan nikmat sedangkan Indah hanya menatap makanannya dengan tidak gairah
“Ndah ko ga dimakan? Ga enak yah? Aku pesenin yang lain yah.” Tawar Dika, Indah lalu memegang tangan kanan Dika
“ga usah, makanannya enak ko cuma aku lagi ga selera makan aja.” Jawab Indah dengan senyum manisnya
“apa kita cari resto lain ajah?” tawar Dika
“Ga usah.” Ucap Indah
“yaudah kalo gitu makan dong makanannya kan sayang.” Ucap Dika
“iyah aku makan.” Kata Indah lalu memakan makanan pesanannya itu
“makanan disini enak, sayang Lidya ga bisa ikut yah.” Ucap Dika, lalu Indah menatap tajam Dika
“padahal kalo ada Lidya bakal seru.” Lanjutnya
“oh jadi kalo ada aku, pergi sama aku, jalan sama aku itu ga seru yah?” tanya Indah, Dika menatap Indah lalu tertawa renyah
“ya ga gitu sayang maksudnya tuh...”
“udahlah, aku tau ko aku tuh ga pernah penting dihidup kamu.” Ucap Indah lalu beranjak dari tempat duduknya namun Dika menahannya
“kamu mau kemana?” tanya Dika
“aku mau pulang.” Jawab Indah
“aku anterin kamu yah.” Ucap Dika
“gausah aku bisa pulang sendiri.” Kata Indah yang berusaha melepaskan genggaman tangan Dika
“kamu kenapa sih Ndah marah-marah mulu, murung mulu, kamu kenapa Ndah?” tanya Dika
“Aku kenapa? Kamu yang kenapa Dika, kamu mikir ga sih kamu ceritain semua tentang Lidya ke aku, rasanya kamu tuh tau semua tentang Lidya dari pada smua tentang aku. Aku jadi bingung sebenernya siapa sih pacar kamu, pacar kamu tuh aku apa Lidya Dika?’’ tanya Indah, lalu Dika melepaskan genggamannya dari tangan Indah
“pacar aku kamulah Ndah.” Kata Dika sembari memegang kedua bahu Indah namun Indah menangkisnya
“kalo aku pacar kamu, ga mungkin kemarin kamu narik tangan Lidya, ga mungkin kamu ketawa-ketawa sama Lidya sedangkan aku, aku berasa pengawal kalian. Kamu pernah berfikir Dik, dikacangin orang yang dulu saling jatuh cinta itu sakit tau ga.” Ucap Indah menangis lalu berlari keluar restoran, sedangkan Dika hanya terdiam.

___________________________

          Indah menuruni tangga, didapati Dika dan Lidya sedang sarapan bersama. Rasa cemburu itu datang lagi.
“ekhem.” Dika dan Lidya menatap ke arah Indah yang sedang di tangga
“ehh Indah udah bangun, sini ikut sarapan bareng kita.” Ucap Lidya yang saat itu sedang menyiapkan air minum untuk Dika
“Ga deh, liat pemandangan didepan gue ajah gue udah kenyang.” Ucap Indah lalu mulai menaiki tangga lagi namun Dika mengejarnya
“Ndah..Ndah sarapan dulu bareng kita, aku udah jauh-jauh dateng ke rumah kamu buat sarapan bareng kamu loh Ndah.” Kata Dika
“yakin mau sarapan bareng aku, bukan sarapan bareng Lidya?” tanya Indah
“Ndah kamu ngomong apa sih Ndah?”
“kalau kamu pinter kamu pasti faham apa yang aku maksud.” Ucap Indah lalu memasuki kamarnya
“Cukup Dik, buang perasaan lo ke gue, gue ga mau nyakitin hati Indah sahabat gue.” Ucap Lidya
“tapi Lidya gue masih belum bisa lupain lo.” Ucap Dika
“lo belum bisa lupain gue terus lo anggap Indah apa Dik? Indah sahabat gue, gue mohon dengan sangat ke lo, sayangi Indah sama halnya lo sayang ke gue, lupain gue Dik, lupain gue.” Kata Lidya, lalu Dika memeluk Lidya
“kalian kenapa ngelakuin ini ke gue?” tanya Indah, seketika pelukan Dika dan Lidya terlepas
“Indah...” Lidya menangis
“3 tahun kita pacaran Dik, 3 tahun kamu belum bisa lupain Lidya? Terus kamu anggap kita pacaran 3 tahun itu apa? Main-main, kamu anggap aku apa? Apa gue jahat udah misahin dua manusia yang saling mencintai, apa gue jahat? Dika gue jatuh bangun dapetin lo dan akhirnya gue bisa dapetin lo, dan sekarang gue lagi jatuh bangun ngedapetin hati lo.” Ucap Indah menangis
“Ndah.... aku..” kata Dika yang terpotong
“Lidya, gue sama Dika udah pacaran lama, tapi tetep yang ada dihati Dika bukan gue, bukan gue, tapi lo Lidya lo yang selalu sempurna dihati Dika, lo yang selalu utama di mata Dika, lo yang selalu penting di hidup Dika.” Kata Indah yang memotong omongan Dika
“percuma gue perjuangin lo mati-matian, tapi lo nya ga pernah hargain perjuangan gue, lo selalu bilang kalo lo bahagia sama gue tapi gue tau itu bohong, dompet lo yang isinya foto Lidya, kamar lo yang tiap sudutnya ada foto Lidya, buku kenang-kenangan kalian sebelum Lidya ke Jerman, gue tau semuanya. Kalian berdua bisa rasain betapa sakitnya gue?” lanjutnya
“Dika...aku ga mau maksa kamu lagi buat sayang sama aku, lebih baik kita putus dari pada aku terus-terusan sakit hati, terus-terusan ngebatin sama kamu.” Katanya lagi, lalu Indah berlari kekamarnya dan menutup pintu kamarnya.
“gue udah pernah bilang lupain gue, buka hati lo buat Indah, Indah sayang sama lo, sayang Indah lebih besar dari pada gue. Dika minggu depan gue udah balik lagi ke Jerman nemuin cowo gue, oh ya, sekali lagi lo jangan sia-siain cewe yang sayang sama lo.” Kata Lidya

___________________________

          Satu minggu sudah Dika dan Indah putus hubungan, dan hari ini Lidya juga harus pulang ke Jerman. Lidya menghampiri Indah yang sedang terdiam dijendela kamarnya.
“Ndah, gue mau pamit, hari ini gue harus balik ke Jerman.” Ucap Lidya namun Indah tidak menjawabnya
“oh ya, jaga diri lo baik-baik yah, gue juga udah pamit sama om juga tante.” Indah tetap tidak meresponnya
“Ndah jujur gue udah ga suka sama Dika, gue udah punya cowo di Jerman, dan satu hal yang perlu lo tau kalo Dika itu udah buka hatinya buat lo, lo juga harus tau kalo Dika juga sayang banget sama lo.” Ucap Lidya, kali ini Indah menghampiri Lidya
“lo kalo mau pergi pergi ajah ga usah banyak pidato, lo ga usah hibur gue pake acara Dika udah sayang sama gue, sampe kapanpun Dika ga bakal suka sama gue, Dika tuh suka, sayang, cinta sama lo bukan sama gue.” Ucap Indah
“kamu salah Ndah, aku udah ngetes, ternyata bener 3 tahun itu bisa bikin perasaan aku berubah ke kamu, walaupun emang awalnya aku ga yakin kalo aku belum bisa lupain Lidya, tapi sekarang aku yakin kalo aku sayang sama kamu.” Kata Dika yang sudah ada dikamar Indah membawa serangkai bunga serta boneka
“kalian ga usah hibur gue kaya gitu, ga lucu tau ga, konyol banget, lagian sory gue ga kehibur.” Ucap Indah, lalu Dika memeluk Indah
“I Love You...” bisik Dika, lalu melepaskan pelukannya
“kamu serius?” tanya Indah
“I Love You So Much Ndah, maaf aku udah bikin kamu sakit hati, sejujurnya orang yang paling sempurna, tegar, dan paling penting dihidup aku adalah kamu Ndah.” Ucap Dika lalu mengecup lembut kening Indah
“Nah gitu dong, kan enak dilihatnya.” Kata Lidya tersenyum
“Lid maafin gue yah.” Kata Indah
“seharusnya gue yang minta maaf ke lo.” Lidya memeluk Indah
“yaudah kita anter lo ke airport.” Ucap Dika

___________________________