Sabtu, 18 Januari 2014

I And You Are Not Going To Be Us


Mencintai tapi tidak dicintai itu menyakitkan. Sama halnya gue. Gue udah lama temenan sama dia, dari jamannya SD dan sekarang udah SMA. Gue ga tau kapan tepatnya perasaan ini muncul, karna gue sering bahkan tiap hari ketemu dia. Raisa panggil dia Ica, cewe imut, cantik, bawel, dan sahabat gue.
“Haaaaaay!” teriak Ica sembari ngerangkul bahu gue
“Ica kebiasaan ya lo.”
“Dafa, itu emang kebiasaan gue kan?” ucap Raisa yang melepaskan rangkulannya
“karna itu kebiasaan, kalo lo ga ngelakuin itu ke gue sehari ajah, gue ngerasa kehilangan lo.” Ucap Dafa menatap wajah Raisa dengan penuh perhatian
“ooohhh, jadi kalau...” ucap Raisa tiba-tiba terhenti saat melihat seseorang yang baru dia lihat disekolahnya
“Ca...Ica kenapa lo?” tanya Dafa
“Dafa lo liat cowo itu?” Raisa menunjuk lelaki itu
“Iya liat, dia anak Bu Hendraini Kepsek sekolah kita. Kenapa?” tanya Dafa
“tangkep gue, please tangkep badan gue, rasanya gue mau pingsan liat kegantengan dia.” Jawab Raisa lemah gemulai
“Alay lo!” Dafa menepak kening Raisa dan melangkah pergi meninggalkannya
“Awww..! Dafa sakit ih! Awas yah lo!” Raisa mengusap keningnya lalu mengejar Dafa
*Brrrrruuukk*                                                                   
“Awwww...!” teriak Raisa yang terjatuh
“lo gapapa?”
“Oh My God ! Gue ga ngimpi kan?” batin Raisa
“mau gue bantuin?” tanyanya sembari menjulurkan tangan, dan Raisa meraih tangannya
“thanks yah.”
“makannya kalo jalan pake mata.” Ucapnya
“ehmm lo salah lagi, jalan tuh pake kaki, kalo pake mata namanya ga normal.” Ucap Raisa lugu, lelaki itu hanya tertawa mendengar jawaban Raisa tadi
“oh iyah, nama gue Ali panggil ajah Al, lo?” tanyanya setelah berhenti tertawa
“gue......”
“ayo udah bel.”ucap Dafa sembari memegang sebelah tangan Raisa
“gue duluan yah bye.” Teriak Raisa yang tangannya masih ditarik Dafa menuju kelasnya
“Dafa, lo tuh ganggu gue, itu tuh anak bu Kepsek dan ngajak kenalan ke gue dan lo ngancurin itu semua.” Ucap Raisa sembari melepaskan genggaman Dafa. Dafa menatap Raisa sesaat lalu berjalan meninggalkannya
“Dafa... Dafa lo denger gue ga sih? Dafaaaaaaa.....!!” teriak Raisa

#

     Lamborghini silver sudah bertengger didepan sekolah. Dafa menenteng sepedanya ditemani Raisa disampingnya, namun langkah mereka terhenti saat seseorang menyapanya
“hay.”
“lo anak Bu Hendraini kan?” tanya Dafa sinis
“iya.” Jawabnya santai
“dafa, sopan dikit kenapa *Raisa memukul pelan tangan Dafa* ehhm ada apa Al?” tanya Raisa penuh senyuman
“ehm soal tadi, gue belum tau nama lo.” Jawab Ali kiku
“Jadi lo nungguin gue disini Cuma buat tau nama gue gitu?” tanya Raisa
“yap, tepatnya begitu.” Ali nyengir kuda
“Ca balik yu!” ucap Dafa namun Raisa tak mendengarkannya
“Nama gue Raisa lo bisa panggil gue Ica.” Ucap Raisa
“Ehhmmm, oke kalo gitu boleh gue ngajak Ica balik bareng?” tanya Ali. Dafa menatap wajah Raisa yang penuh harap, perlahan Dafa menganggukan kepalanya
“thanks Dafa gue sayang lo.” Ucap Raisa
“kita duluan.” Ucap Ali yang dijawab tatapan sinis oleh Dafa

#

     Dafa mengayuh sepedanya dengan cepat, wajahnya begitu kesal, tangannya mencengkram erat settang sepedanya. Rasanya ada yang kosong, bebannya terasa ringan. Biasanya ada cewe bawel yang suka ngoceh selama perjalanan pulang, ada cewe yang megang pingganggnya dengan erat karna takut jatuh, dan hari ini Dafa kehilangan itu semua.
“sial mentang-mentang dia pake lamborghini gue pake sepeda, mentang-mentang dia ganteng gue pas-pasan, anak kepsek gue anak RT, tapi kalo diliat-liat lagi sih gue yang paling ganteng dari pada dia. Errrggghhhh...” omelnya sehingga
*buuuuuggg*
     Dafa terjatuh dari sepedanya. Siku sebelah kanannya berdarah, kakinta lecet, dan ban sepeda depannya bengkok.
“siaaaaaal. Pake acara jatoh segala, gara-gara cowo sial itu sih!” kesal Dafa. Lalu mulai menenteng sepedanya yang rusak sembari menahan perih

#

“Itu cowo lo?” tanya Ali
“hah? Siapa? Maksud lo Dafa?” tanya Raisa, Ali mengangguk pelan dan disusul tawa Raisa
“Kenapa lo ketawa?” tanya Ali
“lucu ajah, banyak yang ngira sih gitu. Cuma sebenernya gue sama dia sahabatan ko.” Jawab Raisa
“yakin sahabatan doang?” tanya Ali
“Ihh kenapa? Serius ko gue sama dia sahabatan dari kecil, kecil banget makannya akrab banget.” Jawab Raisa
“dia ko kaya yang ga suka sama gue yah?” tanya Ali lagi
“Dia emang kaya gitu sama orang baru apalagi kalo cowo yang deketin gue hehe.” Jawab Raisa
“Lo suka sama dia?” tanya Ali
“enggak lah, gila ajah kalo sampe suka gak mungkin, dunia bakal hancur kalo kita saling suka apalagi sampe jadian, jangan sampe. Lagian gue Cuma pengen sahabatan ajah sama dia ga lebih.” Jawab Raisa
“Oh okey.” Ucap Ali. Ada perasaan lega dihatinya

#

     Raisa kaget saat melihat Dafa menenteng sepedanya dengan tubuh yang penuh luka. Raisa berlari kearahnya dan memapah Dafa kedalam rumah.
“Lo kenapa Daf?” tanya Raisa panik
“gue jatoh dijalan, alhasil gini deh.” jawab Dafa
“gue bantu obatin yah.” Ucap Raisa
“yaudah cepet, sakit nih.” Ucap Dafa

#

     Perlahan Raisa membersihkan luka Dafa dengan handuk, sesekali Dafa mengerang kesakitan. Diteteskannya betadin lalu ditutupnya dengan perban. Raisa menatap Dafa, perlahan air matanya membasahi pipinya.
“Ca, lo nangis? Lo kenapa?” tanya Dafa
“Ini salah gue, seharusnya gue pulang sama lo bukan sama Ali, seharusnya gue temenin lo, ini salah gue, lo jadi kaya gini, maafin gue.” Ucapnya dengan nada parau
“Ca, ini bukan salah lo, ini kecelakaan, udah jangan nangis lagian lukanya ga sakit ko gue kan kuat, ada atau gaada lo kalo tuhan udah ngatur gue celaka ya gue bakal celaka. Udah sekarang lo jangan nangis yah.”  jari Dafa menyentuh lembut pipi Raisa, air matanya hilang hanya dengan satu usapan lembut itu
“maafin gue.” Raisa memeluk erat Dafa

~Bahkan air mata lo itu lebih menyakitkan daripada luka ini~ - Dafa

#

     Akhir-akhir ini waktu Raisa lebih banyak dihabiskan dengan Ali, terkadang dia lupa dengan janji-janji yang dia buat bersama Dafa. Dafa menatap langit sore dibalkon kamarnya, matanya menatap kearah rumah Raisa. Suara deru mobil terdengar khas ditelinga Dafa, dan benar itu suara mobil lamborghini Ali. Raisa dan Ali turun dari mobil tersebut. Dafa menatap mereka yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya, ada rasa cemburu yang terselip dihatinya.
“apa ga ada satu ruang dihati lo buat nyimpen nama gue? Apa hati lo cuma buat Ali? Dan apa kesempatan buat ngisi hati lo itu ga ada buat gue?” hatinya penuh tanya

#

     Lamborghini silver itu sudah memasuki komplek perumahan. Dafa menatap mobil mewah itu dari balkon kamarnya. Raisa keluar bersama Ali dari rumah Raisa, Dafa merasakan perasaan yang aneh lagi. Matanya terus menatap kepergian mobil mewah itu yang sudah menghilang dari hadapannya
“Seandainya yang ada diposisi Ali itu gue, apa lo bakal sebahagia itu?” tanya Dafa

#

     Ali menggenggam erat tangan Raisa, matanya berbinar, jantungnya berdegup kencang, dia menjentikkan jarinya dan satu restoran itu gelap, lalu Ali mulai menghitung *1.....2......3.....* restoran itu kembali terang dengan lilin-lilin yang mengelilingi meja Raisa dan Ali.
Ali lalu mengajak Raisa berdansa diantara lilin-lilin itu diiringi alunan dari biola yang menciptakan suasana rmantis.
“lo ngerencanain ini semua?” tanya Raisa
“ya, lo suka?”
“I like it.” Jawab Raisa, senyumnya mulai terlihat diwajahnya. Mereka menghentikan dansanya, lampu-lampu itu kembali menyala, Ali berlutut dihadapan Raisa sembari menunjukkan cincin ditangannya
“Raisa gue tau ini terlalu cepat, tapi gue sayang dan gue suka sama lo sejak pertama kita ketemu,  will you be my girlfriend?” tanya Ali
“yaaa Ali.” Raisa menjawabnya dengan pasti, Ali mulai memasukkan cincin itu ke tangan Raisa dan mendekap tubuhnya

#

“Gue harus ungkapin ini semua, gue harus jujur sebelum gue nyesel.” Ucap Dafa sembari memegangi selembar foto

#

Mereka berdua menatap langit sore yang hampir gelap. Perlahan tangannya mulai menyentuh tangan Raisa, hatinya berdegup sangat kencang. Raisa menatap dia penuh kebahagiaan.
“Ca... Ada yang mau gue omongin ke lo.” Ucap Dafa
“gue jugaada yang mau gue omongin ke lo.” Ucap Raisa
“kalo gitu lo duluan deh.” ucap Dafa
“gue, gue, gue udah jadian sama Ali.” Ucap Raisa sembari memamerkan cincin yang diberi Ali. Wajahnya penuh kebahagiaan. Dafa menatap wajah Raisa penuh kecewa, lidahnya kelu, hatinya hancur, genggaman ditangan Raisa perlahan mulai lepas
“Dafa lo ko kaya ga seneng gitu sih?” tanya Raisa
“hmm, sotoy lo. Gue seneng ko, kalo gitu gue balik dulu yah.” Ucap Dafa yang mulai beranjak dari duduknya
“Dafa, katanya ada yang mau lo omongin ke gue?” tanya Raisa, Dafa lalu menghentikan langkahnya
“ga jadi!” jawabnya seraya melanjutkan langkahnya
“Dafa, Dafa lo boong sama gue.” Ucap Raisa, Dafa menatapnya ragu lalu kembali menghampirinya
“gue boong apaan?” tanya Dafa santai
“dari awal lo emang ga suka sama Ali, kenapa Daf? Padahal Ali baik sama gue, Ali itu berarti banget buat gue, tapi sedikitpun lo ga pernah mandang sisi positivenya Ali, gue juga tau lo ga suka kan gue jadian sama Ali.” Ucap Raisa
“gue tau dia baik, gue tau dia berarti banget buat lo, tapi yaudahlah gue ga mau ribut sama lo gara-gara ini. Gue cabut!” ucap Dafa seraya meninggalkan teras rumah Raisa
“ya, lebih baik lo pergi, kalo perlu lo pergi SELAMANYA ga usah balik lagi, lo disini tuh ngerusak hubungan gue sama Ali, pergi sana yang jauh sekalian biar gue ga bisa liat muka lo lagi!” teriak Raisa. Dafa mulai menjalankan motornya keluar komplek
“gue ga peduli sama lo dan gue ga mau peduli lagi sama lo!” ucap Raisa, air matanya perlahan menetes

#

     Dafa mengemudikan sepeda motornya dengan kecepatan maksimal, tanganya mencengkram erat setang motornya dan terkadang dia menaikkan kecepatan motornya melebihi maksimal, ia tau memperdulikan sekitarnya, hatinya bernar-benar berantakan sekarang. Entahlah apa yang ada difikirannya, yang ia tau hanyalah sahabatnya menginginkan dia pergi
“Seandainya lo tau gue sayang sama lo, seandainya lo tau lo itu special dihati gue, seandainya lo tau hati gue cuma ada nama lo, dan lo ga pernah tau. Apa hati lo cuma buat Ali? Apa ga ada ruang sedikitpun buat gue ngedampingin lo? Gue ga bisa maksa lo buat punya perasaan yang sama ke gue, gue cuma bisa berdoa semoga Ali emang yang terbaik buat lo. Bye Raisa.” Ucap Dafa

#

*drrttttt...drrrtttt...drrrttt..* handphone Raisa bergetar tertera nama “Dafa” dihandphonenya. Raisa lalu membuka sms itu dan membacanya.

-Isi SMS-
Hay cewe bawel, imut, manja, juga cantik :D gue minta maafya soal tadi, sebenernya gue mau ngomong tentang perasaan gue ke seorang cewe, gue syang banget sama cewe itu, bahkan gue udah cinta banget sama tuh cewe, mungkin karna gue sering ketemu kali ya jadi perasaan itu muncul. Gue cuma belum berani ungkapin semuanya, dan pas gue mau ungkapin perasaan gue, cewe itu udah milik orang lain, ya gue ga bisa apa-apa ya selain ngedoain yang baik-baik ajah :D lo mau tau ga nama cewe itu siapa? Nama cewe itu Raisa Ziqra Rumi :D bye.”

     Butiran bening itu membasahi pipi manis Raisa. Dia berlari kearah rumah Dafa namun Dafa belum juga pulang, hatinya cemas, berkali-kali dia telfon Dafa namun Dafa tak mengangkatnya. Handphone Raisa kembali berbunyi, namun Raisa tak mengangkatnya, dia terlalu cemas pada Dafa, dan yang ada difikirannya sekarang hanyalah Dafa.

#

     Dafa mencengkram erat settang motornya, terkadang dia menaikkan gasnya hingga kecepatan penuh, ta disadari ternyata ada mini bus dari arah berlawanan. Dafa mencoba menghentikkan laju motornya namun rem motornya ternyata blong, Rohan terus berusaha menghentikan motornya namun............
“aaaaaaaaa....!!!!!!!” mini bus itu menabrak motor Dafa. Dafa terpental jauh dari motornya
“jika ini hari terakhirku izinkan aku melihat senyum itu, jika hari ini hari terakhirku izinkan aku merasakan hangat pelukan itu, jika ini hari terakhirku izinkan aku menggenggam erat tangan lembut itu.”
*braaaaaaaaaaaaaaak*
     Tubuh Dafa terbanting begitu keras ke aspal, orang-orang yang menyaksikan kejadian itu segera memanggil ambulans, keadaan Dafa sangatlah parah, kepalanya mengalami kebocoran dan mengeluarkan banyak darah, mulut dan hidungnya juga berdarah, baju putih yang dikenakan Dafa penuh dengan darah, nafasnya sudah tak teratur, matanya menatap kosong langit sore, dia berusaha berbicara namun tidak bisa. Salah seorang mengambil handphone Dafa dan melihat ada 28 panggilan tidak terjawab dari Raisa. Orang itu segera menelfon Raisa dan memberitaukan kejadian ini.

#

“Hallo, Dafa lo dimana?” tanya Raisa dengan sangat panik. Tak lama setelah itu Raisa menutup telfonnya dan berlari ketempat kecelakaan itu, air matanya begitu deras mengalir saat dia tau kondisi Dafa sangat tidak memungkinkan untuk bertahan. Hatinya hancur saat mendengar berita itu, dengan cepat dia berlari dan terus berlari
“Dafaaaaaaaa maafin gue.”

#

Dafa masih terbaring tak berdaya, ambulans begitu lama datang, darahnya terus mengalir membasahi aspal, ada perasaan sesak dijantungnya, Raisa melihat kerumunan itu, dia langsung menerobos masuk dan terlihat Dafa yang sedang tergeletak lemas menunggu ajal menjemputnya, lutut Raisa lemas, badannya gemetar, tangannya dingin saat melihat keadaan Dafa. Dipeluknya Dafa dengan erat, kaki, tangan, baju, dan wajah Raisa penih darah, air matanya membasahi wajah Dafa, setengah sadar Dafa berbicara
“jaa....jan..jangan na...ngis.. aaa...aaku baik...ba..ik aaa..ja.” ucapnya
“gimana gue ga nangis Dafa, keadaan lo kaya gini.”
“Ini semua salah gue, gara-gara gue, ga seharusnya gue nyuruh lo pergi, maafin gue, gue tau kalo lo suka sama gue Dafa.” Raisa masih memeluk erat Dafa, berusaha sekuat tenaga Dafa menggerakkan tangannya dan mengusap air mata Raisa
“kaaa...lo lo.. s...see...nyum lo.. ba...kal le..bih can..tik.” Ucap Dafa yang berusaha tersenyum dalam sakitnya
“ja...ga... di..ri lo.. ba..ik..ba..ik.” ucapnya. Namun Tuhan berkehendak lain, Dafa menutup matanya saat Raisa memeluknya. Hati Raisa hancur, Raisa menyesal, dia terus menangis sembari memeluk Dafa.

#

     Acara pemakaman telah selesai, Raisa menatap nisan yang bertuliskan Dafa. Dia mengusap nisan itu, lagi-lagi air matanya jatuh. Ditaburkannya bunga dimakam tersebut, Raisa menundukkan kepalanya dan berdoa.
“Tuhan berikanlah Dafa kebahagiaan disana, janganlah membuat Dafa menderita disana, tempatkan Dafa ditempat yang paling terbaik, jagalah Dafa untukku Tuhan. Amin.”
“Ca udah selesai?” tanya Ali yang dijawab anggukan oleh Raisa
“pulang yu.” Ajak Ali
“see you Dafa.” Ucap Raisa
“yu Al.” Raisa meraih tangan Ali dan meninggalkan pemakaman

~Karna Aku Dan Kamu Tidak Akan Menjadi Kita~ - Dafa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar